Lemon8 Video & Photo Downloader

The easiest way to download Lemon8 video & photo without watermark or logo

LeoDownloader Download Photos Dia yang Gi la

Dia yang Gi la

TIP! Right-click and select "Save link as..." to download.

PHOTOS
Dia yang Gi la WEBP Origin Image Download

"Dek, bisa minta tolong anterin undangan ini ke kampung sebelah. Ke rumah saudara Mamah. Ini ada nama-namanya." Mila menyerahkan undangan pernikahan berwarna hijau bertulisan nama dirinya dan calon suaminya.

Tanpa banyak kata, Rama meraih setumpuk undangan itu dan memasukkan ke ransel.

"Buat jajan sama beli bensin." Mila menyelipkan uang ke dalam tas ransel Rama.

Sepanjang jalan tak ada halangan sampai undangan itu selesai diantar. Saat arah pulang Rama tersentak karena tiba-tiba ada motor dari arah berlawanan memepet motornya. Injakkan kaki sebelah kanannya sampai hancur. Tak berbentuk.

Rama terjatuh ke sebelah kiri, dengan posisi masih duduk di atas jok motor. Kaki kirinya terhimpit badan motor, tapi rasa nyeri justru berasal dari kaki kanannya.

Orang yang berada di lokasi kejadian segera menolong Rama lalu menghentikan angkutan umum yang kebetulan lewat.

"Bawa ke rumah sakit aja, Bang," ucap Bapak paruh baya sambil membantu warga yang lain mengangkat Rama masuk ke dalam angkot.

"Woy, kawal nih orang biar gak kabur!" Abang berbaju coklat memegang jaket pria yang menabrak Rama.

"Biar sama saya aja," ucap seorang remaja sambil naik ke motor Rama.

"Ayo, Bang kita ikutin angkot itu. Abang jalan duluan, aja," lanjutnya sambil menyalakan mesin.

Pria berjaket yang menabrak Rama hanya bisa pasrah. Dia terpaksa ikut karena khawatir diamuk massa.

Setengah jam perjalanan untuk sampai di rumah sakit karena kondisi jalan yang rusak. Rama masih sadar, dia berbaring di kursi belakang sambil dipegangi oleh seorang Bapak.

Sampai di rumah sakit, Rama segera dilarikan ke ruang IGD. Tubuhnya dibaringkan di ranjang, perlahan kesadaran Rama menurun. Dia Pingsan.

Waktu berlalu keluarga Rama sudah dihubungi. Bapak dan Mila yang datang ke rumah sakit. Di sana sudah ada Jhon.

"Kalau begini anda mau tanggung jawab, gimana? Bisa balikin kondisi adik saya seperti semula. Bisa? Hah!" Jhon mendorong bahu Bapak berjaket.

"Maaf, Bang saya gak sengaja. Saya cuma punya uang segini di rumah juga anak istri saya udah nungguin." Bapak itu menyerahkan amplop dengan tangan bergetar.

"Saya gak mau tahu, Bapak harus tanggung jawab sampai tuntas buat pengobatan adik saya. Uang ini gak seberapa dibandingkan masa depan adik saya. Dia pasti hancur, Pak." Tubuh Jhon bergetar menahan emosi dan kesedihan.

Pak Pram segera berlari dan memeluk anak sulungnya. Sementara Mila mengambil amplop yang terjatuh.

Dokter jaga dan para perawat datang menghampiri mereka.

"Maaf, bapak-bapak dan Mbak. Alhamdulillah pasien sudah sadar. Silahkan masuk ke ruangan, maksimal dua orang saja. Nanti setelah itu bisa tolong datang ke ruangan saya," jelas dokter.

Pak Pram dan Mila masuk ke ruang IGD. Sementara Jhon dan Bapak berjaket duduk di kursi besi depan IGD.

"Pak, Teh, kaki saya kenapa? Kok diperban dan rasanya sakit," keluh Rama sambil mencoba untuk duduk.

Mila hanya bisa menggeleng sambil berusaha menahan air mata. Dia merasa bersalah atas kecelakaan yang menimpa adik bungsunya.

"Pak, sakit. Pak. Liat kaki saya, gak ada jempolnya, Pak. Huhuhu." Rama terisak. Dia baru menyadari ada keanehan pada perban yang terpasang di kakinya.

Pak Pram memeluk sambil mengusap punggungnya pelan. Berusaha mengalirkan kekuatan.

"Dokter, kenapa harus dipotong? Kenapa gak disambung aja, Dokter!" teriak Rama sambil meraung.

Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link di bawah:

https://read.kbm.id/book/detail/b1d8fd5c-7a84-4c58-8d1f-cd4c4156ca55