Lemon8 Video & Photo Downloader

The easiest way to download Lemon8 video & photo without watermark or logo

LeoDownloader Download Video Di video itu ringkasan bab 2.  | Video dipublikasikan oleh Moon.Naira | Lemon8

Di video itu ringkasan bab 2. | Video dipublikasikan oleh Moon.Naira | Lemon8

TIP! Right-click and select "Save link as..." to download.

VIDEOS
MP4 540x960 Original Video Download
PHOTOS
Di video itu ringkasan bab 2.  | Video dipublikasikan oleh Moon.Naira | Lemon8 JPEG Origin Image Download

Di video itu ringkasan bab 2. Bab 1-nya di sini

Seorang suami tega menceraikan istri dan tak mengakui anaknya karena ingin kembali ke pelukan mantan

SUMPAH

"Nggak usah sok kalem. Aku telah kehilangan semuanya. Ini semua gara-gara kamu. Kalau kamu nggak memaksaku menjalankan kewajiban suami, nggak akan ada kekacauan ini. Sekarang kamu puas, kan? Mulai detik ini, jangan pernah sok kenal dan sok peduli padaku. Anggap saja kita nggak saling kenal. Anak dalam kandunganmu nggak akan pernah kuakui."

Kata-kata kasar itu meluncur dengan mudah dari bibir mantan suamiku. Padahal aku bertanya keadaanya yang saat ini b a b a k belur karena merasa khawatir. Namun, jawabannya membuatku terpaku. Air mata menetes tanpa bisa kucegah. Tak masalah selama ini aku tak dianggap, tapi ketika dia tak mengakui anak dalam kandungan ini, kekuatanku benar-benar melemah.

Sejak kecil, aku hidup bersamanya di bawah atap yang sama. Aku hanya anak jalanan yang dipungut orang tuanya, dibawa masuk ke rumah besar ini, dirawat dan diberi kehidupan yang layak. Karena aku perempuan, pasangan Ardi dan Muni yang merupakan orang tua Regi sangat menyayangiku. Mereka hanya punya dua anak. Keduanya laki-laki. Regi dan Dalu.

Usiaku sembilan tahun saat diajak masuk ke rumah ini. Sama dengan usia Regi. Sementara Dalu sudah limabelas tahun.

Aku sangat dekat dengan Regi. Mungkin karena seumuran dan kami sering bermain bersama. Berbeda dengan Dalu, dia lebih banyak menghabiskan waktu di luar dengan bermain bola. Kami jarang mengobrol.

Kebahagiaan sebagai saudara berakhir tiga tahun lalu. Saat itu, kami semua berbahagia merencanakan pernikahan Regi. Dia akan menikah dengan sang kekasih tercinta, mendahului Dalu.

Pada hari akad, mempelai wanita tidak hadir di masjid yang ditetapkan sebagai tempat ijab kabul. Datang pesan dari keluarganya, jika sang mempelai wanita menghilang.

Tak ingin keluarga menahan malu, Mama Muni memintaku menjadi mempelai pengganti. Sebagai anak yang telah banyak berjasa, aku hanya pasrah. Tidak mungkin membantah permintaan orang yang telah memberiku kehidupan indah.

Status kami berubah secara mendadak. Keakraban yang lama tercipta hilang entah ke mana. Kehidupan kami menjadi cangkung. Apalagi setelah menikah, kami diharuskan tinggal terpisah. Kata Mama Muni, biar kami menjadi pasangan mandiri.

Status kami memang suami istri, tapi kami menjalani hidup masing-masing.

"Aku sayang kamu, Risia. Tapi ... aku enggak bisa jadiin kamu istri sungguhan. Aku akan mencari Firli."

Itulah yang Regi katakan. Aku hanya mengangguk, tak mau membantah.

Meski awal-awalnya terasa canggung, aku berhasil mencairkan suasana kembali menjadi normal. Kami memang masih tidur di kamar terpisah, tapi tak ada lagi kecanggungan. Rutinitas kami berjalan dengan baik. Pagi dia berangkat kerja setelah menyantap makanan yang kuhidangkan, sore pulang dan kami makan malam bersama. Kadang kami nonton di bioskop berdua seperti hari-hari yang telah lalu.

Tiga tahun bersama kukira dapat membuat Regi melupakan Firli. Nyatanya dia masih diam-diam mencari keberadaan perempuan yang menghilang pada hari akad itu.

Beberapa bulan lalu, Regi mendapat informasi tentang keberadaan Firli. Perempuan itu ada di Korea Selatan. Malam itu, Regi sangat bahagia. Dia memelukku saking bahagianya mendapat kabar tentang Firli.

"Dia menyuruh datang menjemputnya di Korea, Risia. Dia ada di sana. Besok aku akan pergi. Apa kamu bisa mengatasi masalah dengan Mama nanti?"

Selama tiga tahun bersama dengan status suami istri, sialnya aku memendam rasa. Bo doh memang. Sudah tahu tak dianggap sebagai istri, aku malah lancang menaruh hati. Maka melihatnya begitu bahagia mendapat kabar dari Firli, mencipta kesal yang membuncah hati.

"Aku enggak tahu."

"Ayolah, Risia. Kamu udah janji mau bantu aku. Aku akan ngasih kamu apa pun asalkan mau bantu jelasin ke Mama kalau kita akan cerai."

"Oke. Dengan satu syarat."

"Syarat apa lagi?" tanyanya kesal.

"Kalau enggak mau ya sudah."

"Oke. Apaan?"

"Malam ini kita tidur bersama. Tidur sebagai suami istri."

Katakan aku gi la, tapi jangan menca ci keputusan ini. Aku ingin ha mil dan selamanya terikat dengan keluarga Regi. Aku takut terpisah dari mereka jika kami benar-benar berpisah.

"Sin ting! Aku enggak mungkin lakuin itu ke adik aku sendiri."

"Terserah. Kamu jelasin saja sendiri ke Mama. Bila perlu aku akan beberkan jika kamu mau kita cerai karena masih mencari Firli."

"Argh! Kenapa kamu gi la? Apa kamu berniat menje ratku?"

"Kalau iya, kenapa? Aku hanya ingin menjadi bagian dari keluarga kalian dengan ikatan yang kuat. Maka hamili aku sebelum kamu pergi menjemput kekasihmu."

"Dasar gi la!"

Dia melangkah masuk ke kamar. Pintunya sengaja dibanting keras. Aku justru mengekor, ikut masuk ke kamarnya.

Ya, silakan ca ci ma ki diriku yang bo doh ini. Aku salah memaksanya. Tapi apa pantas, dia tak mengakui darah dagingnya sendiri? Aku bahkan tak menuntunnya bertahan. Aku bebaskan dia pergi bersama perempuan itu.

Dua bulan lalu dia kembali bersama perempuan itu dan anak laki-laki dua tahun. Aku tahu anak siapa. Aku juga tahu rahasia perempuan itu. Andai Regi tahu alasan perempuan itu menghilang di pernikahan mereka waktu itu, dia pasti akan syok.

Akan tetapi, aku tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya sekarang. Regi tidak akan percaya. Pikirannya masih dibutakan oleh cintanya Firli.

Pasca melepaskan Regi untuk mengejar Firli, aku kembali ke rumah besar. Tinggal bersama orang tua dan Kak Dalu. Entah apa yang terjadi, tiba-tiba Regi datang dengan wajah babak belur dan mengatakan kalimat menyakitkan itu.

Suara tepuk tangan bergemuruh. Aku dan Regi mengalihkan pandangan ke arah kanan. Di sana, Kak Dalu tersenyum licik. Dia melangkah mendekat. Kemudian mengambil buku dan pena milikku di atas meja. Tangannya bergerak cepat, menuliskan sesuatu. Lantas diberikan pada Regi. Setelah membacanya, Regi merampas pena di tangan Kak Dalu dengan kasar, lalu membubuhkan tanda tangan di catatan tersebut.

Setelah itu, dia lemparkan catatan tersebut ke wajahku. Lantas dia berjalan keluar dengan angkuh.

"Aku orang pertama yang akan tertawa jika laki-laki bo doh sepertimu meneteskan air mata penyesalan," teriak Kak Dalu yang tak dihiraukan Regi.

Aku mengambil catatan tadi yang terjatuh ke lantai.

Hari ini, saya Regi Maulana bersumpah. Bahwa, saya tak akan pernah mau menyentuh dan mengakui anak yang dikandung Risia Raina selamanya. Disaksikan Allah Subhanahu wa taala dan mantan kakak, Riandalu. Saya tidak akan menginjakkan kaki di rumah ini demi perempuan yang saya cintai. Firli.

Tertanda

Regi Maulana

Aku membalalak. Bukankah ini sumpah. Kenapa laki-laki itu berani bersumpah seperti ini. Apa dia tidak takut dengan konsekuensi sumpahnya.

"Mulai sekarang, jangan bicarakan apa pun terkait laki-laki itu. Jika tidak, kamu yang akan kuten dang dari rumah ini tanpa bisa bertemu lagi dengan keponakanku kelak," ujar Kak Dalu tegas, lalu berjalan masuk ke kamarnya.

Apa katanya? Aku kesulitan bernapas sekarang.

Judul: SUMPAH (Kumpulan Cerpen)

Penulis: NiraniaSweet

Selengkapnya di KBM