Cinta di Antara Tumpukan Laporan

Sari bekerja di departemen keuangan di sebuah perusahaan besar. Pekerjaannya tidak jauh dari laporan, spreadsheet, dan anggaran. Setiap hari, dia sibuk dengan angka-angka, tenggelam dalam dunia yang penuh hitungan. Namun, ada satu hal yang selalu membuat hari-harinya lebih berwarna—Bagas, pria dari departemen pemasaran.

Bagas sering mampir ke meja Sari untuk urusan laporan penjualan yang harus dicocokkan dengan data keuangan. Setiap kali datang, Bagas selalu dengan senyum lebar dan gaya bicara yang santai. Sari, meski selalu mencoba terlihat profesional, tak bisa menahan rasa grogi setiap kali Bagas berada di dekatnya.

Suatu hari, Bagas datang dengan ekspresi panik. "Sari, tolong, aku butuh bantuan besar nih! Laporan penjualan minggu ini ada yang nggak beres, dan aku butuh data kamu secepatnya."

Sari yang saat itu sedang tenggelam dalam pekerjaannya, hanya menatap Bagas sebentar dan berkata, “Oke, tenang aja. Aku cek dulu, ya.” Namun, dalam hati, dia senang Bagas membutuhkannya, meski itu urusan pekerjaan.

Setelah memeriksa dokumen-dokumen yang diberikan Bagas, Sari menyadari ada satu kesalahan kecil. Dengan cepat, ia memperbaiki laporan itu dan mengirimkannya kembali ke Bagas. "Ini sudah aku perbaiki. Sepertinya ada data yang salah input," jelas Sari sambil tersenyum.

Bagas, yang tampaknya sudah tenang, menghela napas lega. "Sari, kamu penyelamatku! Kalau nggak ada kamu, aku bisa dimarahi habis-habisan sama bos."

Sari tertawa kecil. "Santai aja, Bagas. Itu kan memang tugas aku."

Namun, yang mengejutkan Sari, Bagas tiba-tiba bersandar di meja dan berkata, “Tapi sebenarnya ada hal lain yang lebih penting dari laporan itu.”

Sari menatapnya dengan bingung. "Apa itu?"

Bagas tersenyum agak malu-malu. “Aku udah lama mau bilang, tapi selalu ragu. Sari, aku suka sama kamu. Nggak cuma karena kamu jago soal angka dan laporan, tapi... ya, aku suka kamu, secara keseluruhan.”

Sari terkejut. Rasanya jantungnya berhenti berdetak sesaat. “Serius, Bagas?”

Bagas mengangguk, kali ini lebih serius. “Iya. Setiap kali aku ke sini, itu bukan cuma soal laporan. Aku selalu mencari alasan buat ketemu kamu. Dan hari ini, aku nggak bisa nahan lagi.”

Sari merasa pipinya memanas, dan dia tidak bisa menyembunyikan senyum yang perlahan muncul. "Aku... aku nggak nyangka kamu bakal bilang ini. Tapi sebenarnya, aku juga suka kamu. Cuma, aku nggak pernah tahu harus gimana bilangnya."

Bagas tertawa lega. "Wah, ternyata kita sama-sama canggung, ya."

Mereka berdua tertawa bersama, membiarkan rasa canggung itu lenyap. Sejak hari itu, tumpukan laporan dan angka-angka di departemen keuangan Sari terasa lebih ringan. Karena di balik semua data dan hitungan, ada cinta yang diam-diam tumbuh di antara tumpukan laporan.

Tamat.

#TakPerluSempurna #ceritapendek #cerpen #romance